Selasa, 13 Oktober 2009

CERITA DI BALIK TOILET

Sekali lagi para pembaca dimohon untuk membaca sekali lagi judul di atas, penulis berharap agar para pembaca yang membaca tulisan ini tidak serta merta atau pun menjadi antipati dan sinis terhadap penulis, namun lebih kepada agar tulisan ini menjadi bahan perenungan (kontemplasi) dan juga harapan penulis agar tulisan ini menjadi motivasi agar menjadi aksi nyata seorang warga negara indonesia yang baik dan terlebih menjadi pribadi muslim yang sejati dalam kehidupan ini. Dan insyaAllah penulis juga bukan orang yang sekuler apa lagi para musuh islam, justru dalam tulisan ini penulis ingin mengingatkan kembali tentang nilai-nilai islam kepada para pembaca, agar nilai-nilai yang kita imani dapat menjadi wujud dan tindakan nyata dalam kehidupan ini. Baiklah penulis yakin para temen pembaca sudah agak penasaran cerita atau pesan apa apa sih yang akan disampaikan.
Begini loh ceritanya teman pembaca, ini cerita yang pertama dan mungkin para teman penulis yang lain pernah mengalami kejadian seperti yang penulis alami. Di suatu pagi di hari sabtu penulis sibuk mempersiapkan diri untuk mengatarkan adik kandung penulis yang kebetulan ibunda juga turut ikut, pagi itu adik penulis dijadwalkan untuk mengikuti ujian tertulis tes masuk menjadi Pegawai Negeri Sipil salah satu Instansi yang membawahi pengawasan Obat dan Makanan di Gedung Salah satu Universitas Negeri Ternama di Indonesia, yang notabene adalah Universitas Paling Top di Indonesia, karena banyak para lulusannya yang menjadi orang penting di republik ini. Singkat cerita sesampainya disana setelah menemukan tempat yang dituju dan gedung yang dimaksud, ternyata penulis merasakan panggilan alam yang harus di penuhi yaitu buang air kecil, setelah mendapatkan kamar kecil yang terletak di dekat pintu masuk tersebut penulis agak sedikit lega walaupun belum sempat menunaikan hajat tersebut, setelah penulis masuk ke lorong tersebut alangkah kagetnya penulis bahwa penulis menemukan sebuah toilet/ kamar kecil yang sudah terendam oleh air setinggi mata kaki. Akhirnya penulis agak kecewa dan mulai mencari toilet lainnya dengan harapan ada yang lebih baik. Pucuk dicinta ulam tiba akhirnya tidak jauh dari pintu toilet yang tadi penulis menemukan ada tulisan/petunjuk toilet pria, serta merta tanpa menunnggu waktu lama akhirnya penulis bersykur bisa segera menunaikan hajat penulis, namun belum hilang kekecawaan penulis dengan manajemen kebersihan kampus malah ditambah dengan kekecewaan baru, kekecewaan apakah itu?yaitu mengenai kebersihan dibagian toilet terutama kakus-kakusnya yang di biarkan macet dan sementara airnya juga menggenang, huh pokoknya sangat tidak sedap dipandang mata dan baunya yang gak bersahabat. Itulah sekelumit kecil cerita tentang Ironisnya bangsa kita ini, kampus yang seharusnya menjadi kawah candra dimuka untuk mendidik soal kebersihan, moralitas, budaya anti korupsi dan banyak hal lainnya malah menjadi tempat yang sangat manghancurkan bagi pembentukan karakter bangsa atau dalam kata lain pembunuhan karakter calon pemimpin negeri ini, (caracther asssination). Itu baru secuil indikator atau cerminan, yaitu soal kebersihan dan kenyamanan, belum lagi ditambah biaya pendidikan yang mahal dan banyaknya pungutan liar yang terselubung di berbagai kampus di Indonesia dengan alasan biaya sumbangan. Padahal kalo kita tengok dan berpikir jernih tidak mungkin kampus yang besar dan semegah itu tidak mempunyai dana untuk pengelolaan toilet, ini adalah soal itikad dan will untuk berbenah diri menuju kampus yang bertaraf internasional yang dibanggakan oleh segenap bangsa indonesia, sekali lagi tulisan saya ini sama sekali bukan bermaksud unutk menebar sinisme apalagi pesismisme terhadap pendidikan di Indonesia, tapi lebih kepada kritik yang membangun, karena bangsa kita ini sudah cukup banyak orang pintar tapi yang kita butuhkan dalah orang pintar yang punya moralitas dan dedikasi tinggi untuk memimpin institusi dari tingkat RT sampai Presiden, apalagi seorang Rektor atau Ketua sekolah Tinggi itu harus lebih diutamakan orang-orang yang peduli pada pembangunan karakter dan moralitas bangsa ini.
Dan cerita yang kedua ini tidak kalah menggelikan dan menyebalkan dibanding cerita yang penulis kemukakan diatas. Begini ceritanya, Suatu pagi ketika penulis hendak berangkat dari rumah menuju kantor, yang jarak kantor kerumah biasa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit, kebetulan lokasi penulis berada di kawasan Tangerang. Seperti biasa nya penulis memulai aktivitas seperti kebanyakan orang kantoran yaitu bangun pagi, Sholat, Sarapan Pagi lalu bergegas berangkat menuju kantor. Namun pada suatu pagi penulis mengalami sakit perut dan harus menunaikan hajat penulis itu sesegera mungkin karena sudah tidak tertahankan lagi, akhirnya penulis mencari WC umum, Pom Bensin Lokal dan Mesjid namun tidak satupun penulis menemukan di sekitar jalan raya serpong, akhirnya penulis mulai putus asa, mungkin kalo kejadian ini agak siang dikit mungkin penulis bisa ikut numpang di Mal atau pusat perbelanjaan yang ada, Cuma masalahnya kejadianya di pagi hari ketika penulis hendak berangkat ke keantor, dan urusan buang hajat adalah urusan yang tidak bisa di tawar-tawar. Akhirnya dengan rasa putus asa namun perjalanan harus terus lanjut penulis mulai melanjutkan pencarian sambil tetap tengok kanan tengok kiri dengan harapan ada WC umum atau pun mesjid. Alhamdulilah akhirnya penulis menemukan mesjid, namun penulis juga belum beruntung kerena ternyata oleh si pengurus masjid, Toilet di masjid tersebut dikunci dengan alasan yang entahlah penulis tidak ketahui. Akhirnya perjalanan dilanjut dengan keringat dingin yang sudah mulai membasahi kemeja kerja penulis, untungya tidak jauh dari situ penulis menemukan Pom Bensin milik bangsa Amerika yang Nota bene bangsa Barbar dan ungkapan jelek lainnya. Tanpa basa basi penulis langsung memarkir kendaraan penulis tersebut persis di depan Toiletnya, dengan perasaan bersyukur bercampur lega, karena tidak sekedar menemukan toilet namun lebih daripada itu toiletnya ditata dengan apik, rapih, bersih dan nyaman, penulis berkata dalam hati, kok bisa ya bangsa yang begitu barbar ketika menghancurkan irak dengan dengan semena-mena, dan bangsa yang begitu banyaknya hal maksiat lainnya, bisa menerapkan nilai islam dalam etika bisnis nya, seperti menjaga kebersihan, yang padahal umat islam tau bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman tapi kebanyakan tidak peduli menjaga kebersihan, alih-alih menjaga kebersihan, menyediakan WC umum bagi pengguna jaalan raya pun tidak, sungguh keterlaluan bangsa kita ini, mulai dari kampusnya, tempat ibadah, sampai tempat bisnis kok tidak ada yang mau menerapkan etika islam. Bayangkan bagaimana kita mau balajar nyaman sebagai mahasiswa, beribadah nyaman sebagai hamba Allah, mau menjadiKonsumen yang setia pada produk lokal made in Indonesia, kalo dari hal kecil, seperti sarana toilet saja tidak ada dan andaipun ada pasti sangat tidak nyaman. Walaupn di beberapa Masjid di Tangerang yang pernah penulis kunjungi ada beberapa masjid yang sudah menerapkan sistem manajemen modern,sebut saja masjid Al-azhom, penulis sangat nyaman dan betah berada di Mesjid itu selain karena masjidnya besar tapi juga cukup bersih untuk urusan Toiletnya.
Mudah –mudahan Mindset bangsa kita ini pelan-pelan bisa mulai berubah, ingin menjadi Bangsa besar tapi kadang melupakan hal-hal kecil yang sesungguhnya sangat prinsipil. Maka penulis berharap bagi teman pembaca mulailah dari hal terkecil yang ada dalam rumahmu atau bahkan kamar kost mu untuk mulai menerapkan prisnsip-prinsip islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga kebersihan WC/Toilet, Kamar Tidur dll.Renungkanlah. Wass.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar